Senin, 26 Januari 2015

7 Kalimat Yang Tak Boleh Didengar Anak
Berbagai masalah dalam hidup, baik masalah
rumah tangga, pekerjaan, sapai kenakalan anak,
tak jarang membuat Anda lepas kontrol dan
marah.
Bahkan tak jarang, anak-anak menjadi sasaran
kemarahan Anda, entah melalui sikap ataupun
kata-kata kasar yang keluar dari mulut Anda.
Hati-hati bila Anda sering kelepasan bicara kasar.
“Kata-kata bisa menjadi sumber inspirasi, tapi juga
bisa melukai perasaan”
Meskipun anak Anda menimbulkan banyak
masalah, namun sebagai orangtua tak sepatutnya
Anda melontarkan kata-kata yang menyakitkan
bagi anak. Karena efek dari ucapan yang kasar
tersebut seringkali lebih merugikan daripada yang
Anda bayangkan. Contohnya seperti ini :
1. “Kalau nakal, Ibu akan meninggalkanmu di sini.”
Anda mengancam dan menakuti anak-anak dengan
harapan agar mereka patuh pada perintah Anda.
Perlu Anda ketahui, ketakutan terbesar anak-anak
kecil adalah tersesat sendirian, dan merasa tidak
aman. Oleh karena itu, tindakan Anda
meninggalkannya sendirian akan menimbulkan
trauma bagi dirinya.
Alih-alih mengancam dan menakuti anak, lebih
baik katakan keinginan Anda dengan baik.
Misalnya ketika anak merengek minta mainan,
katakan saja padanya, “Arka, kalau kamu terus
merengek seperti itu, kita akan pulang sekarang.
Tapi kalau kamu tidak nakal, kita akan tetap di
toko ini dan memilih belanjaan bersama.” Alternatif
lainnya adalah dengan beristirahat sejenak.
Kenakalan anak dan kemarahan Anda mungkin
saja merupakan tanda bahwa Anda atau anak
butuh istirahat.
2. “Kamu seharusnya malu.”
Banyak orangtua yang beranggapan bahwa dengan
mengungkapkan hal tersebut anak akan malu dan
akan mengubah sikapnya sesuai dengan yang
mereka inginkan. Tetapi, anak kecil belum dapat
memahami rasa malu yang terjadi akibat
kesalahan yang diperbuatnya. Karena itu, hal ini
belum tentu langsung berhasil. Jika terlalu sering
mengatakan hal ini, mereka hanya akan berpikir
bahwa segala sesuatu yang dilakukannya selalu
salah.
3. “Seandainya kamu tidak pernah ada.”
Kalimat ini punya makna: “Ayah dan ibu tidak
pernah menginginkanmu.” Karenanya, kalimat ini
tidak sepantasnya diucapkan oleh orangtua.
Kalimat ini akan sangat menyakitkan bagi si anak,
maupun orang lain yang mendengarnya. Terlepas
dari kenakalan yang telah dilakukan anak, ia hadir
karena kehendak Anda dan suami. Maka,
bersikaplah sebagai orangtua yang
bertanggungjawab dengan mengasuh dan mendidik
anak dengan baik, bukannya menyalahkannya
karena lahir di dunia.
4. “Kamu yang membuat Ibu/Ayah bercerai.”
Tidak ada anak yang menjadi penyebab
orangtuanya bercerai. Ketika kalimat ini diucapkan,
maka secara tak langsung Anda membuat anak-
anak menanggung beban emosional seumur
hidupnya. Bahkan ketika Anda menjelaskan dengan
penuh kehati-hatian tentang perceraian, anak-anak
akan merasa sangat bertanggung jawab atas
keputusan Anda untuk bercerai. Anak akan
beranggapan bahwa jika dia bersikap lebih baik,
maka Anda tidak akan bercerai. Meski tak
terucapkan oleh anak, masalah ini sering jadi
masalah yang serius.
5. “Kenapa kamu tidak seperti saudaramu yang
lain?”
Dengan mengatakan hal ini maka secara tidak
langsung Anda membandingkan anak-anak dengan
saudaranya yang lain, bahwa anak tidak cukup
pintar, cukup baik, ataupun cepat belajar dibanding
saudaranya. Pembandingan ini juga akan
meningkatkan persaingan antarsaudara meningkat,
yang kelak akan merusak hubungan persaudaraan
dan mengembangkan keterpisahan.
Terima setiap anak dalam keluarga Anda, karena
mereka memiliki keunikan dan keistimewaan
sendiri. Bantu anak untuk melihat keistimewaan
mereka dengan berfokus pada masing-masing
individu tanpa menggunakan perbandingan.
6. “Biar Ibu/Ayah yang menyelesaikan.”
Mungkin, maksud hati ingin membantunya
menyelesaikan pekerjaan rumah yang sulit
dikerjakan. Namun, jika Anda terlalu sering
melakukan hal ini, maka Anda telah mengambil alih
pekerjaan anak yang seharusnya bisa
dikerjakannya sendiri. Hal ini justru malah akan
melemahkannya.
Mengambil alih pekerjaan anak mungkin bisa
menghemat waktu Anda di masa sekarang, tetapi
Anda meninggalkan beban di masa depan karena
anak jadi tak terbiasa mandiri.
7. “ Ayah/Ibu bilang begitu, ikuti saja.”
Kalimat ini memang terdengar seperti perintah
keras bagi anak. Namun, arti yang terdalam dari
kalimat ini adalah, “Saya orang dewasa, dan kamu
anak-anak”, atau “Saya pintar, dan kamu bodoh”,
atau “Saya berkuasa, dan kamu tidak”, atau “Saya
yang mengatur, dan kamu yang harus
mengerjakan”. Penegasan ini akan menciptakan
jurang yang lebar antara Anda dan anak.
Gaya bicara seperti ini menimbulkan rasa kesal
pada anak, bahkan mungkin rasa benci dan
persaingan untuk berebut kekuasaan dalam rumah.
Cobalah untuk menggunakan bahasa yang lebih
baik untuk mengungkapkan ketidaksetujuan anak,
sehingga mereka lebih menghormati dan mengerti
apa yang Anda rasakan.

0 komentar:

Posting Komentar